Suara Karya - Bukan tanpa alasan bila PT Telkom Divisi Flexi sangat agresif mendukung pembuatan film berjudul Bendera Sobek. Selain pertimbangan nasionalisme, dukungan terhadap film dokumenter dan kolosal yang sudah didaftarkan di 12 festival film skala internasional ini juga telah memperhitungkan aspek bisnis.
Menurut General Manager Commerce Telkom Flexi area Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Suparwiyanto, Telkom yang merupakan satu-satunya operator paling "Merah Putih" ini sudah selayaknya mendukung film yang mengusung semangat nasionalisme dengan mengangkat tema perjuangan. "Tapi, kami juga optimistis, dengan strategi pemasaran yang komprehensif bakal mengatrol lebih dari 1 juta pelanggan Flexi hingga akhir 2010," ujarnya di Surabaya, kemarin. Menggandeng rumah produksi PT Rajawali Mega Vision, Telkom memanfaatkan ajang ini mulai dari proses audisi (casting) pemain hingga proses produksi yang bakal menelan waktu enam bulan. Sesuai kesepakatan, setiap peserta audisi diwajibkan membeli kartu perdana Flexi edisi Kejar Bintang senilai Rp 50.000. Biaya ini jauh lebih hemat bila dibandingkan dengan proses audisi di Jakarta yang menghabiskan puluhan juta rupiah, dan belum tentu menjadi apa-apa.
Nomor Flexi akan dijadikan sarana komunikasi wajib antara panitia dan peserta. Tingginya minat khalayak untuk ikut terlibat juga dilatarbelakangi rencana bahwa garapan sutradara pemenang berbagai penghargaan film di Indonesia, Dwi Ilalang, ini akan dipertontonkan ke masyarakat di belahan negara lain.
Menurut Suparwiyanto, nomor Flexi para peserta juga akan difungsikan sebagai tiket masuk saat film diputar secara serentak di semua bioskop pada 31 Mei 2011 mendatang. Pihaknya berharap, pelanggan yang sudah menikmati nyamannya berkomunikasi lewat Flexi ini akan bertahan menggunakannya selama seumur hidup.
Gejala kesuksesan program ini tergambar dari tingginya antusiasme remaja untuk ikut audisi di berbagai daerah. Lima bus yang sudah disulap menjadi tempat audisi dan berkeliling Jatim hingga Bali sejak 10 November 2010 ini selalu diserbu ribuan remaja di suatu lokasi.
"Di Madiun saja ada ribuan remaja yang ikut audisi di bus. Ini belum termasuk Probolinggo dan daerah lain di Jawa Timur, khususnya lagi di Bali," kata sutradara film Dwi Ilalang menambahkan.
Hasil seleksi pemilik kartu Flexi edisi khusus berusia 5-50 tahun ini akan ditetapkan sebagai pemeran dalam film yang mengambil lokasi di Surabaya, Malang, Jember, dan Kediri. "Film ini memang hanya dibintangi minimal oleh 20 orang, tapi kita juga butuh sekitar 2.000 pemain figuran sebagai pendukung," ujarnya.
Film yang mayoritas mengambil lokasi di Surabaya ini juga direspons positif oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Pemilihan lokasi di Surabaya nantinya bakal ikut mengangkat tempat-tempat bersejarah. "Kita berharap banyak dari film ini. Apalagi, sekarang kita sedang kesulitan mengenalkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan," tuturnya.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Surabaya Herry SW menyatakan salut dengan strategi pemasaran berbasis komunitas yang kini sedang digenjot Telkom Flexi. "Ini strategi baru. Mereka memberi kesempatan masyarakat untuk mencicipi fasilitas yang ada pada Flexi," ujarnya.
Meski demikian, menurut dia, strategi seperti ini sangat tidak tepat bila digunakan untuk membidik pelanggan loyal. Telkom sendiri sebetulnya sudah mengetahui bahwa hanya 20 persen dari total pembeli kartu perdana baru yang akan menggunakan kartunya itu selama-lamanya.
Telkom, yang dia nilai sedang berspekulasi melalui program ini, harus bisa meyakinkan para pelanggan baru dengan layanan kualitas yang memuaskan. Para pelanggan yang telanjur termakan isu masa lalu, khususnya terkait komunikasi yang kerap terputus (drop call) pada produk Flexi, akan bertahan dengan nomornya setelah mengetahui pesatnya pembangunan infrastruktur komunikasi. Ini pada akhirnya memberi jaminan kualitas lebih memadai. Ibu Film yang bakal menelan anggaran miliaran rupiah ini bercerita mengenai nasib seorang kakek pejuang 45 yang gagal mengibarkan bendera Merah Putih. Kisah sang pejuang yang tersangkut partai terlarang (PKI) dan akhirnya dipenjara ini mengusik perhatian mahasiswa yang sedang membuat karya tulis.
Sang mahasiswa itu akhirnya menemukan anak perempuan dan cucu si kakek. Perempuan ini bersusah payah merawat anak laki-laki remajanya yang mengidap kelainan jantung. Demi pengobatan sang anak yang terbaring lemah di rumah sakit, sang ibu rela bekerja apa saja, termasuk menjadi tukang sapu dan pengantar makanan di rumah sakit.
Di saat sakit anaknya memburuk, sang ibu rela mengorbankan jantungnya demi anaknya. Si ibu akhirnya meninggal dunia karena merelakan jantungnya didonorkan bagi anaknya tercinta. Si anak akhirnya sembuh hingga kemudian sukses menjadi dokter spesialis. Sang cucu inilah yang mengibarkan bendera yang gagal dikibarkan kakeknya pada 1945 silam.
Sebelumnya, PT Telkom Divisi Regional Jawa Timur menggandeng kalangan perguruan tinggi, elemen masyarakat, dan komunitas sosial untuk mengampanyekan gerakan internet keluarga. Kampanye ini dimulai dengan menggelar pelatihan internet keluarga secara gratis di kampus Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya, Sabtu (26/11).
Pelatihan internet yang berlangsung selama empat hari (setiap Sabtu dan Minggu) ini diikuti sekitar 400 peserta yang terbagi dalam beberapa sesi. Peserta pelatihan terdiri dari dari ibu rumah tangga, guru, dan remaja masjid.
Sedangkan dari Semarang dilaporkan, PT Telkom meluncurkan Telkom Cloud, suatu aplikasi IT yang berfungsi sebagai solusi bagi pelanggan usaha kecil dan menengah (UKM). Menurut Deputy General Manager Telkom Divisi Business Service Regional 2 (DBSR) Gunawan Rismayadi, Telkom Could merupakan layanan terpadu.
"Layanan itu mencakup penyediaan konten serta sistem aplikasi terkait bisnis, penjadwalan, pesan singkat, surat elektronik (e-mail), serta akses data, telepon, dan konferensi. Selain itu juga ada shared workspace online yang terhubung dengan virtual private server (VPS). Ini sebagai penyimpan data pelanggan atau perusahaan," ujarnya, kemarin.
Dengan menggunakan Telkom Cloud, maka informasi secara permanen akan tersimpan di salah satu server internet dan tersimpan sementara di komputer pengguna. Layanan ini bisa menjadi solusi bisnis di masa depan bagi perusahaan atau UKM yang menginginkan layanan teknologi informasi. Tentunya dengan tingkat keamanan data yang lebih terjamin serta lebih efisien. (Andira/Pudyo Saptono)
0 komentar:
Posting Komentar